Minggu, 20 November 2011

Cara Memilih Sapi Perah

Memilih ternak sapi perah dilakukan dengan tujuan untuk memilih bibit yang ideal. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan pada  kondisi dan postur tubuh sapi.  Pengamatan yang dilakukan ini harus didasari oleh : pengetahuan, ketrampilan, rasa percaya diri serta komunikasi dengan sesama praktisi.

Oleh sebab itu, untuk menilai ternak diantaranya  harus mengenal  bagian-bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya,  bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi  yang akan dihasilkannya. Kondisi bagian-bagian tubuh tersebut diantaranya:

* Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini dapat menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara yang bisa dihirup melalui nafasnya. Mata harus tajam dan telinga berukuran sedang. Umumnya kepala harus halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak perah daripada ternak potong.

* Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam menyangga bagian tubuh depan sapi.

* Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah menandakan lemahnya tubuh secara umum.

* Bokong /  Rump dan pangkal paha (Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus panjang dan kuat untuk menahan tubuh dan ambing. Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones) untuk kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak. Ekor harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada bokong.

* Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah.

* Pundak (withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur.

* Body Capacity : mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan lingkar perut yang luas.  Saat menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan dalam  dada sapi.

* Ambing : Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing harus baik perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan.

Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPI LAKTASI)

Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking parlor berubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama  tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan “seni dan ilmu pemberian pakan“.
A. Phase Feeding
Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Lihat ilustrasi bentuk dan hubungan kurva produksi susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan. Didasarkan pada kurva-kurva tersebut, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi:
1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 – 70 hari setelah beranak.
Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting, secara normal ruminasi dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1” atau lebih.
Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat me-menuhi kebutuhan selama fase ini. Tipe protein (protein yang dapat didegradasi atau tidak didegradasi) dan jumlah protein yang diberikan dipengaruhi oleh kandungan zat makanan ransum, metode pemberian pakan, dan produksi susu. Sebagai patokan, yang diikuti oleh banyak peternak (di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein suplemen yang ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu.
Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis.  Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dan displaced abomasum. Untuk meningkatkan konsumsi zat-zat makanan:
  • beri hijauan kualitas tinggi,
  • protein ransum cukup,
  • tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak,
  • tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum,
  • pemberian pakan yang konstan, dan
  • minimalkan stress.
2. Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak.
Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal. Untuk meningkatkan konsumsi pakan:
  • beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,
  • beri bahan pakan kualitas tinggi,
  • batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,
  • minimalkan stress,
  • gunakan TMR (total mix ration).
Problem yang potensial pada fase 2, yaitu:
  • produksi susu turun dengan cepat,
  • kadar lemak rendah,
  • periode  silent heat (berahi tidak terdeteksi),
  • ketosis.
3. Fase 3, pertengahan – laktasi akhir, 140 – 305 hari setelah beranak.
Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan  tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.
4. Fase 4, periode kering, 45 – 60 hari sebelum beranak.
Fase kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering.
Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, lebih disukai untuk membatasi konsumsi.  Level protein 12% cukup untuk periode kering.
Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:
  • mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
  • meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.
Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian milk fever. Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet.
Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever, displaced abomasum, retained plasenta, fatty liver syndrome, selera makan rendah, gangguan metabolik lain, dan penyakit yang dikaitkan dengan fat cow syndrome.
Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering, meliputi:
  • observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila diperlukan,
  • penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan,
  • perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi,
  • cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, dan
  • batasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi problem bengkak ambing.
Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat beranak 3,5–4,0. Selama 60 hari periode kering, sapi diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 – 200 lbs.

B. Challenge Feeding (Lead Feeding).
Challenge feeding atau lead feeding, adalah pemberian pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi.
Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3 – 8 minggu setelah beranak.
Persiapan untuk challenge feeding dimulai selama periode kering;
  • sapi kering dalam kondisi yang baik,
  • transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen.
Setelah beranak challenge feeding dimaksudkan untuk meningkatkan pemberian konsentrat beberapa pound per hari di atas kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada setiap sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat potensi genetiknya.
Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik bagi sapi yang berproduksi tinggi. Akibatnya, banyak sapi tertekan selera makannya untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi yang berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein tubuhnya untuk suplementasi ransumnya.  Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu dicegah.
Challenge feeding membantu sapi mencapai produksi susu puncaknya lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil adalah,  bahwa pada saat itu,  secara fisiologis sapi  mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.

C. Corral (Group) Feeding (Pemberian pakan (group) di kandang).
Pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah mengarah ke mechanized group feeding. Hal ini dikembangkan untuk kenyamanan dan peng-hematan tenaga kerja, dibandingkan ke feed efficiency. Saat ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa, dan beberapa peternakan bahkan  me-miliki beberapa ribu ekor. Untuk merancang program nutrisi sejumlah besar ternak, dapat diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi di-pisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi).
Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu ditentukan jumlah kelompok yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut pertimbangan perlu diberikan pada hal-hal berikut:
  • besar peternakan (herd size),
  • tipe dan harga bahan pakan,
  • tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahan
  • integrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional, sebagai contoh tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, dan lain-lain.
Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktasi), sistem yang biasa digunakan adalah minimal dibentuk 5 kelompok:
  • sapi-sapi produksi tinggi (90 lb. susu/ekor/hari)
  • sapi-sapi produksi medium (65 lb. susu/ekor/hari)
  • sapi-sapi produksi rendah (45 lb susu/ekor/hari)
  • sapi-sapi kering
  • sapi-sapi dara beranak pertama
Lebih banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang sangat besar bila kandang dan fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor sapi per kelompok.  Melalui sistem ini setiap ke-lompok diberi makan menurut kebutuhannya. Kelompok dengan produksi tinggi harus diberi makan yang mengandung zat-zat makanan kualitas tertinggi pada tingkat maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan sedemikian sehingga dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak, memperbaiki  fungsi rumen, mempertahankan persistensi. Sapi produksi rendah sebagaimana untuk produksi medium hanya perlu dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan yang berlebihan.
Salah satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok menyangkut adaptasi tingkah laku dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan, seperti peck order tetapi masalah ini tidak terlalu besar. Untuk mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke dalam kelompok baru sebelum diberi makan.
Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan berkelompok dapat dengan mudah beradaptasi pada penggunaan complete feeds yaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur menjadi satu, tidak diberikan terpisah.  Beberapa produser yang menggunakan complete feeds lebih menyukai pemberian hijauan kering, khususnya long stemmed hay secara terpisah  untuk meningkatkan stimulasi rumen dan fasilitas pencampuran, karena long hay sulit dicampur dalam mixer.
Keuntungan pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
  • produser dapat menggunakan formulasi khusus yang penting untuk ternak
  • mengeliminasi kebutuhan penyediaan mineral ad libitum
  • konsumsi ransum yang tepat
  • difasilitasi pemberian pakan secara mekanis, sehingga mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan
  • mengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang tidak terkontrol dari bahan pakan tertentu
  • mengurangi resiko gangguan pencernaan, seperti  seperti displaced abomasum
  • mengurangi pemberian pakan di tempat pemerahan
  • penggunaan maksimal dari formulasi ransum biaya terendah
  • menutupi bah.pakan yang tidak palatabel, seperti urea
  • dapat diadaptasikan terhadap sistem kandang konvensional
  • memungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar terhadap proporsi konsentrat dalam ransum
  • mengurangi resiko kekurangan micronutrient
  • menyediakan operator dengan gambaran konsumsi pakan harian kelompok, yang kemudian dapat digunakan memperbaiki manajemen
Di antara kerugian dari pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
  • memerlukan peralatan pencampuran yang khusus untuk meyakinkan mencampur secara merata
  • tidak ekonomis membagi peternakan kecil ke dalam kelompok-kelompok
  • tidak dapat diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakan
  • sulit untuk membuat kelompok-kelompok pada beberapa design kandang
  • dapat terjadi mismanagement seperti fat cow syndrome dan problem kesehatan seperti kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi rendah, konsumsi bahan kering rendah, dan gangguan metabolik. Dalam berbagai kasus problem-problem tersebut tidak timbul segera, biasanya muncul beberapa bulan kemudian.

PEMBERIAN PAKAN DAN MINUM BAGI SAPI PERAH

 
Setiap usaha peternakan sapi perah harus menyediakan pakan yang cukup bagi ternaknya dan sesuai kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan susu sapi yang optimal.
Dalam usaha peternakan sapi perah, pakan memiliki peranan penting untuk peningkatan produksi susu , disamping itu pakan juga untuk memenuhi kebutuhan pokok (maintenance), pertumbuhan maupun untuk produksi lainya ( anak dan daging). Dalam hal ini, pemberian pakan harus memenuhi standar kebutuhan makanan yang diperlukan baik secara kualitas maupun kuantitas. Setiap usaha peternakan harus menyediakan pakan yang cukup bagi ternaknya, baik yang berasal dari hijauan /rumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau yang berasal dari pabrik. Tersedianya pakan yang memenuhi standar kebutuhan sapi perah, dapat mendukung peningkatan produksi susu yang diinginkan peternak. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil produksi susu yang optimal dalam pemeliharaan sapi perah harus memperhatikan mengenai penyediaan pakan yang sesuai kebutuhan.
 

Susu sebagai salah satu produk peternakan merupakan sumber protein hewani yang semakin dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan susu tersebut dilakukan peningkatan populasi, produksi dan produktivitas sapi perah. Untuk itu pakan bagi sapi perah memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi susu sapi.
Pada umumnya peternakan sapi perah telah dikelola dalam bentuk usaha peternakan sapi perah komersial dan sebagian lagi masih berupa peternakan rakyat yang dikelola dalam skala kecil, populasi tidak terstruktur dan belum menggunakan sistem breeding terarah, walaupun dalam hal manajemen umumnya telah bergabung dalam koperasi, namun masih sederhana sehingga produksi susu yang dihasilkan kurang dapat bersaing. Untuk mendapatkan produksi susu sapi yang baik dan optimal, selain bibit yang produksinya bagus, juga ditentukan oleh kualitas pakan dan cara pemberian pakan yang baik.
 
Pakan sapi perah umumnya dibagi tiga, yaitu : (1) Hijauan, yaitu berupa rumput-rumputan, seperti rumput gajah ( Pennisetum purpureum ), rumput raja ( King grass ), setaria, benggala (Penisetum maximum ), rumput lapangan dan BD ( Brachiara decumbens ); (2) Kacang-kacangan, seperti lamtoro, turi, gamal; (3) Limbah pertanian, seperti jerami padi,jerami jagung, jerami kedelai dll.
Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30 - 50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi perah dewasa umumnya diberikan sebanyak ± 10 % dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1 - 2 % dari BB. Sapi yang sedang menyusui ( laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25 % hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang - kacangan ( legum ).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa sertamineral ( sebagai penguat ) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1 - 2 ekor/ekor/hari. Selain makan, sapi perah juga harus diberi air minum sebanyak 10 % dari berat badan per hari.
Pemberian pakan dan minum bagi sapi perah, dapat diberikan sebagai berikut : (1) Pakan hijauan diberikan 2 - 3 kali sehari yaitu pagi dan siang sesudah pemerahan. Pakan hijauan diberikan sebanyak ± 10 % dari berat badan (BB); (2) Pakan konsentrat diberikan dalam keadaan kering, sesudah pemerahan 1 - 2 kali sehari sebanyak 1,5 - 3 % dari berat badan (BB); (3) Air minum disediakan secara tidak terbatas (ad libitum ).
Selain itu, pemberian pakan pada sapi perah juga dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : ( 1) Sistem penggembalaan ( pasture fattening ); (2) Kereman ( dry lot fattening ); (3) kombinasi cara pertama dan kedua. Pemberian imbuhan pakan ( feed additive ) dan pelengkap pakan ( feed supplement ) harus memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan di musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan dan dimusim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah.Untuk sistem penggembalaan bertujuan pula untuk memberikan kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya. 
 
 

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons